Sabtu, 27 Oktober 2012

Ali 1 = All in One goes to Presdir COM@

Telah ditetapkan pada tanggal 18 Oktober 2012 tiga orang calon Presdir COM@ periode 2013, mereka adalah : 1. Ali Fahir Syahir, 2. Emha Imadudi, 3. Riski Ratulangi

Berangkat dari minat dan kegelisahan dalam penyelenggaraan COM@ tahun lalu, saya mengajukan diri sebagai Presedir COM@ periode 2013, mudah2an jadi, aggghhh.... Okeh pada intinya, rasa mimiliki anggota COM@ untuk COM@nya yang dirasa kurang, mereka terlihat tak acuh pada beberapa penyelenggaraan acara yang dirancang pengurus untuk KITA. Akan "sedikit acuh" jika ada syarat ABSENSI pada penyelenggaraan. Dan semua itu ada sebabnya dan inilah saatnya Direktorat Human Resource kritis pada keadaan seperti ini.

Usut punya usut banyak Managers yang tidak menyadari mereka adalah anggota COM@. Jika sudah tidak sadar bagaimana rasa memiliki COM@ dan rasa ingin mensukseskan penyelenggaraan acara, sebagai sarana pengembangan ilmu manajerial. Okeh dari latar belakang keadaan yang "seperti itu" saya memiliki visi COM@ ke depan adalah :


Menjadikan COM@ sebagai himpunan profesi penggerak aspirasi
              dan minat ilmu manajemen yang mengedepankan
rasa kebersamaan dan saling memiliki

dengan misi:

Menumbuhkan kepengurusan COM@ yang professional, aspiratif dan kekeluargaan
Mensukseskan program kerja yang telah dirancang berbasis kebutuhan peminat ilmu manajemen
Menjalin integritas, kebersamaan dan rasa memiliki dalam seluruh komponen COM@
Pengembangan potensi anggota COM@

Fungsi COM@
Media melatih disiplin dan profesionalisme pengurus dan anggota COM@
Media pengembangan kreativitas mahasiswa dalam ilmu manajerial
Menjembatani apirasi dan minat bagi anggota com@ khususnya dan masyarakat peminat ilmu manajemen pada umumnya
Sarana aplikasi pengabdian kepada masyarakat


Lebih singkat lagi saya rangkum dalam kesatuan slogan :
One Heart One Soul to be Better Manager

Untuk kawanku Emha dan Langi tetep semangat untuk COM@ yang lebih satu

Jumat, 26 Oktober 2012

All About COM@

Anda mahasiswa Manajemen FEM IPB ?? Berarti Anda anggota COM@, PASTI.. Anda belum tau apa itu COM@ ?? Itu loh :

Centre of Management (COM@) merupakan Himpunan Profesi mahasiswa departemen Manajemen. Terbentuk pada tanggal 27 Mei 2003. Usut punya usut pemberian nama COM@, yang tertulis tabu itu, tercetus pada zaman dimana tulisan-tulisan 4La!YY sedang berjaya. Dan indikator penyesuaiannya ada pada simbol "@". Tapi tetep harus menghargai pemberian nama ini. Toh, hingga saat ini tetap eksis dan terlihat "cool" dengan COM@.

Terbentuk COM@ seiring dengan kegelisahan dan kegalauan mahasiswa  manajemen pada masa itu akan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab  terhadap masyarakat dengan mangembangkan ilmu   pengetahuan yang telah  diberikan >> ini baru mahasiswa. Dengan tujuan sebagai wadah organisasi yang menampung para peminat ilmu-ilmu manajemen. Mana lambang COM@ ? Nih ane kasih gan :




Cuma sekedar lambang ? Oh tidak, berikut makna-maknanya :

•Warna kuning emas melambangkan COM@ yang memiliki cita-cita luhur.
•Warna merah melambangkan COM@ yang memiliki semangat.
•Warna biru melambangkan COM@ yang memiliki kesabaran dalam menghadapi dan memecahkan setiap permasalahan yang ada.
•Logo IPB dalam lambang COM@ menunjukan bahwa COM@ sebagai bagian dari institusi IPB.
•Lambang COM@ menyerupai sebuah komet yang akan menuju suatu sasaran.

Dengan budaya korporasi : SHOW = Honesty Openly and Wisdom.. Untuk budaya korporasi ya celalu ditanamkan untuk setiap insan Manajemen. Dan jadi jargon juga loh >> COM@ SHOW SHOW SHOW

Udah cukup garis besarnya ya... Kita lanjutkan di postingan berikutnya

Rabu, 14 Maret 2012

Maina Kapal Tradisional

Khayalan, sebagai orang bisnis, akan mengembangkan mainan ini, pasca melihatnya kembali setelah sekian belas tahun tidak melihatnya...
Gambar 1. Kapal Othok-othok


Ide Bisnis dan Peluangnya
Sejatinya mainan kapal tradisional ini memiliki nilai pengaplikasian sederhana ilmu fisika yang cukup tinggi. Dengan cara kerja memberikan kalor pada lambung kapal mainan ini. Kalor ini tercipta dari nyala api pada lilin yang dibakar, sehingga terdapat senyawa CO2 dan CO yang mampu menghasilkan hentakan-hentakan pada knalpot kapal. Hentakan-hentakan dari knalpot ini-lah yang mampu menggerakkan kapal.
Produk ini sempat merasakan masa kejayaannya di akhir abad dua puluh. Namun di tengah arus globalisasi, produk ini semakin ditinggalkan oleh anak-anak. Hal tersebut tak terlepas dari banyaknya mainan import dengan menawarkan segala kememahan pada wujud dan estetika mainan tersebut serta kecanggihannya. Beramgkat dari hal tersebut, kami terinspirasi untuk memberikan sentuhan tersendiri agar kapal mainan ini kembali terangkat di mata anak-anak.
Untuk menambah nilai dari segi wujud dan estetika kapal mainan ini, ide produk yang ditawarkan adalah mainan sejenis namun memiliki bentuk yang lebih variatif. Seperti kapal dengan bentuk kapal pesiar, kapal pinisi, dan kapal selam. Dengan nilai tambah tersebut, akan menarik perhatian, minat dan ketersediaan anak-anak untuk membeli produk ini. Produk ini pun tidak akan menaikan biaya yang besar, jadi untuk harga tetap terjangkau Peluang pasarnya sendiri di Pasar Gunung Batu ini cukup menjanjikan. Pasalnya, banyak anak kecil yang datang ke pasar menemani ibunya berbelanja. Secara psikologis, sang ibu yang senang ketika ditemani anaknya berbelanja akan memberikan sesuatu yang juga dapat menyenangkan sang buah hati seperti memberikan mainan. Dan tawaran akan mainan yang sedikit pilihan di Pasar Gunung Batu ini, dapat menjadikan kapal ini menjadi pilihan utama bagi mainan anak-anak.
Gambar 2. Kapal Pesiar Symphony 2

Untuk menambah nilai dari segi wujud dan estetika kapal mainan ini seklaigus kecanggihannya, ide produk yang ditawarkan adalah mainan sejenis dengan bentuk yang lebih variatif serta ditambahkan komponen-komponen elektronik yang dapat memberikan efek automatic pilot hingga memberikan komponen spy chip. Dengan nilai tambah tersebut akan semakin menarik minat anak-anak untuk bersegera memiliki produk ini. Namun, biaya yang akan dikeluarkan pun akan sangat besar. Sehingga produk ini tidak cocok jika dijual di Pasar Gunung Batu. Pasar yang tepat untuk produk ini adalah anak-anak yang tinggal di kota-kota metropolitan. Karena selain harga yang tentunya dapat terjangkau oleh mereka sekaligus mengingatkan memori akan pentingnya mainan sejenis ini di usia anak-anak. Produk ini pun dapat berkembang hinga pasar internasional, kaerena bentuknya yang memiliki ciri khas tersendiri dan hanya ada di Indonesia. Sudah barang tentu hal ini akan memunculkan nama Indonesia di mata Internasional.

Harga dan Metode Promosi Bisnis
Harga yang ditawarkan untuk produk dengan menambahkan nilai pada wujud dan estetika yang lebih menarik pada kapal ini berkisar di harga Rp. 10.000 – Rp. 15.000 per unit. Harga ini tidak jauh berbeda dari harga awal produk yang berharga Rp. 7.500 per unit. Sehingga produk kreatif ini memiliki nilai yang lebih menarik dan harga yang terjangkau. Metode promosi yang dapat dilakukan sangat bermacam-macam, seperti pemasangan baner, mouth to mouth, hingga merambah di dunia maya. Dalam pemasangan baner  dapat ditaruh di dekat tempat menjual kapal ini. Tujuannya adalah memberikan efek melirik pada pengunjung pasar yang asing akan melihat baner dan secar sadar mereka pun akan menghampiri produk ini. Metode kedua adalah mouth to mouth, metode inilah yang sangat tepat karena mayoritas pengunjung pasar adalah ibu-ibu yang notabenenya selalu memberikan informasi, walaupun tidak diminta, ke rekan-rekannya. Dan, metode ketiga melalaui dunia maya. Hal ini mampu menjaring pasar lebih luas bahakan skalanya dapat menarik pasar internasional.

Original write by : Ali Fahir Syahir
Source of picture :
gambar 1. refreshyourmind-newbie.blogspot.com 
gambar 2. hamilton.edu

Komoditas Sapi Potong dan Potensi Bisnisnya

 
I.  Potensi dan Peluang komoditas sapi potong
            Ketersediaan daging sapi di Indonesia selama ini sangat bergantung kepada ekspor dari negara lain, terutama dari Australia. Namun, pada bulan Juli 2011 Australia menyetop ekspor sapi ke Indonesia. Berangkat dari hal itu, maka potensi produksi daging sapi lokal akan mengalami peningkatan seiring target Swasembada Sapi 2014 yang telah diprogramkan pemerintah. Sensus terbaru yang dilakukan BPS dan Kementerian Pertanian mencatat populasi sapi lokal sekitar 16,2 juta ekor. Sebelum sensus dilakukan, banyak pihak berpegang pada asumsi bahwa populasi sapi di Indonesia hanya berkisar 12 juta ekor lebih. Ada optimisme baru akan terwujudnya swasembada sapi pada 2014.
Data yang valid merupakan senjata yang paling tajam untuk mengambil kebijakan. Demikian halnya dalam soal ketersedian daging sapi nasional. Bulan Mei lalu, Info PDN melaporkan ada beberapa pihak yang menilai kebijakan pemerintah terkait masalah daging sapi masih terhambat oleh validitas data kebutuhan dan jumlah populasi sapi di dalam negeri. Kegusaran itulah yang kemudian direspon secara cepat oleh pemerintah dengan kegiatan sensus terhadap jumlah populasi sapi di seluruh Indonesia yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Juni lalu. Hasilnya cukup melegakan dan bisa menjadi acuan penentuan kebijakan yang lebih baik di masa yang akan datang. Terdata, jumlah populasi sapi lokal adalah sekitar 16,2 juta ekor, atau lebih banyak sekitar 4 jutaan dari asumsi yang menjadi pegangan banyak pihak sebelum sensus dilakukan. Karena, sekedar catatan, data yang banyak dilansir sebelum sensus selalu menyebutkan bahwa populasi sapi kisaran 12 juta ekor.
Berdasarkan data terbaru ini, pemerintah  pun optimis swasembada sapi pada tahun 2014 nanti akan terwujud. Bahkan, menjadikan Kementerian Perdagangan yakin bahwa untuk memenuhi kebutuhan daging sapi nasional jangka pendek maupun jangka menengah, populasi sapi sudah sangat cukup, meski impor dari Australia memang jadi dihentikan.  Jumlah daging sapi di Indonesia sudah cukup. Berdasarkan sensus sapi yang dilakukan lembaganya, untuk sapi potong saja, jumlah populasinya ada sekitar 14,43 juta ekor sapi. Sementara itu, dari sisi kebutuhan, tercatat sapi yang dibutuhkan adalah sebanyak 2,5-3 juta ekor sapi per tahun. Artinya, daging dari jumlah lembu-lembu berdasarkan sensus terbaru itu bisa memenuhi 90 persen kebutuhan lokal, sedangkan 10 persennya dapat dipenuhi sapi impor, Sensus yang dilakukan Badan Pusat Statistik bulan lalu mencatat populasi sapi potong di Indonesia ada 14,43 juta ekor sapi dan masih ada data sebesar 0,2 persen dari sekitar 50 desa yang belum masuk dalam basis data lembaga tersebut. Dilaporkan juga, bahwa selain 14,43 juta sapi potong, ada pula 574 ribu ekor sapi perah dan 1,27 ekor kerbau. Mengacu pada data tersebut, BPS yakin bahwa kebutuhan konsumsi dalam negeri bisa terpenuhi. Itulah fakta dan data yang menjadikan swasembada sapi yang ditargetkan selesai tahun 2014 bukan suatu yang sulit untuk diwujudkan. Bahkan, jumlah impor pun sudah mulai bisa ditekan prosentasenya. Yakni, seperti pernah disampaikan oleh  Menteri Pertanian, Suswono, pada tahun  2014 nanti Indonesia menargetkan impor daging sapi hanya 10 persen dari total konsumsi nasional. Perlu diketahui, bahwa saat ini kebutuhan daging sapi mencapai 430 ribu ton per tahun. Dari jumlah ini, sebanyak 25 persen atau 100 ribu ton daging berasal dari impor. Dan sampai saat ini, untuk mengamankan pasokan daging sapi dalam  negeri, pemerintah masih mengandalkan sentra-sentra sapi di Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur. Sementara itu, khusus untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya, biasanya kebutuhan dipenuhi dari daging beku impor.
Berdasarkan pantauan dan perhitungan Kementerian Perdagangan, persedian daging sapi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat selama bulan Ramadhan dan juga lebaran dilaporkan cukup aman. Dan sebagaimana disampaikan oleh Mendag sebelumnya, Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan, Gunar yo pun men jamin pasokan da ging sapi menjelang puasa dan lebaran aman. Sejumlah rumah potong hewan juga siap menambah kapasitas sapi yang dipotong  hingga 30 per sen menghadapi puasa dan kebaran. Sebagai informasi, kunjungan Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Gunaryo ke RPH Terpadu Bubulak adalah dalam rangka memastikan kesiapan RPH milik Pemerintah Kota Bogor dalam menyediakan kebutuhan daging menjelang puasa  dan lebaran. Ikut serta dalam kunjungan itu Dirjen SPK (Standar Perlindungan dan Konsumen) Nus Nuzulia Ishak. Di lapangan, keterjaminan stock daging itu juga dibenarkan oleh Ketua DPD Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Jabar, Dadang Suganda. Menurutnya, pasokan daging sapi menjelang Ramadhan 2011 di Jawa Barat, kondisinya aman, sehingga ketersediaan komoditi tersebut di pasar-pasar tradisional juga  menjadi  aman. Memang, harga eceran daging sapi sebelum Ramadhan di sejumlah pasar tradi sional di beberapa daerah mengalami ke naikan. Hal itu juga sudah dipantau oleh Dit PDN, Kemendag yang mencatat bahwa kenaikan harga daging sapi  selalu terjadi menjelang puasa dan  Lebaran dikarenakan permintaan naik 10 sampai 20%. Terpantau, rata-rata kenaikannya adalah mencapai sekitar 7%, yaitu dari kisaran Rp  60 ribu/kg menjadi Rp 65 ribu/kg. Di Kota Bekasi misalnya, harganya naik menjadi Rp 60 ribu  per kilogram dari sebelumnya Rp48 ribu hingga Rp50 ribu. Sementara itu, di Pasar Pondok Labu, Jakarta, kenaikannya tercatat mencapai 20%. Menanggapi fenomena tersebut, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu menegaskan  bahwa kenaikan harga sejumlah bahan pokok yang ada sekarang bukan merupakan bagian dari gejolak harga. Fenomena ini, jelas Mendag, tak lain hanya kenaikan harga musiman dikarenakan adanya kenaikan permintaan bahan pangan tertentu menjelang puasa dan Lebaran.
Subsistem Hulu Industri Daging Sapi Potong
            Daging didefinisikan sebagai semua jaringan hewan yang dapat atau pantas digunakan sebagai bahan makanan (Judge, 1989) termasuk di dalamnya jaringan otot, organ-organ seperti hati, limpa, ginjal, dan otak, serta jaringan lain yang dapat dimakan (Lawrie, 1985). Sementara itu, menurut Soeparno (1994), daging diartikan sebagai semua jaringan hewan yang dapat dimakan oleh manusia serta semua produk hasil olahan yang dapat dibuat dari jaringan tersebut. Daging yang dikonsumsi berasal dari hewan darat yang diternakkan atau hewan liar dan air. Produk daging yang telah diolah dengan baik memiliki kandungan nilai gizi yang cukup tinggi. Komponen terbesar dalam daging adalah air (65-80%) kemudian protein yang merupakan komponen terbesar dari berat kering (16-22%), lemak (1,3-13%), karbohidrat (0,5-1,3%) dan mineral (1%). Daging merupakan sumber potein yang tinggi, disebabkan protein daging merupakan komponen bahan kering yang terbesar pada daging. Menurut Lawrie, 1995, dipandang dari segi nutrisinya daging adalah sumber asam amino esensial yang sangat baik dan sedikit mineral-mineral tertentu.
            Komposisi daging relative mirip satu sama lain, terutama kandungan proteinnya yang berkisar 15-20 persen dari berat bahan. Protein merupakan komponen kimia terpenting yang ada di dalam daging. Protein yang terkandung di dalam daging, seperti halnya susu dan telur. Protein daging lebih mudah dicerna dibandingkan dengan yang bersumber dari bahan pangan nabati. Nilai protein daging yang tinggi disebabkan oleh kandungan asam amino esensialnya yang lengkap dan seimbang
            Daging merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable food) karena daging merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme. Pengawetan daging mempunyai tujuan antara lain untuk mengamankan daging dari kerusakan atau pembusukan oleh mikroorganisme dan memperpanjang masa simpan (shelf life) daging. Pengawetn berarti menghambat atau membatasi reaksi-reaksi enzimatis, kimia dan kerusakan fisik daging. Pengawetan yang menghasilkan produk yang sifat fisiknya berubah dari bahan bakunya dikenal dengan istilah pengolahan
Subsistem Usahatani Peternakan Rakyat
           
Daging sapi digiling dengan chopper pada suhu rendah sehingga selama penggilingan, suhu dapat dipertahankan tetap di bawah 16°C. Hal tersebut dilakukan dengan menambahkan es batu atau air dingin. Hasil gilingan berupa daging cincang yang masih kasar. Setelah dicincang, daging dimasukkan ke dalam mixer untuk mencampur daging, bumbu, dan bahan lainnya menjadi adonan yang homogen. Agar emulsi tetap terjaga stabilitasnya, pencampuran harus dilakukan pada suhu rendah (10-16°C).


Emulsi daging yang telah terbentuk selanjutnya diisikan ke dalam kaleng yang sebelumnya telah disterilkan dengan panas. Pengisian dilakukan dengan menyisakan sedikit ruang kosong di dalam kaleng, disebut head space. Kaleng yang telah diisi, kemudian divakum (exhausting) dengan cara melewatkannya melalui ban berjalan ke dalam exhauster box bersuhu 90-95°C selama 15 menit. Setelah keluar dari exhauster box, kaleng dalam keadaan panas langsung ditutup dengan mesin penutup kaleng. Setelah ditutup, kaleng beserta isinya disterilisasi dengan cara memasukkan kaleng ke dalam retort dan dimasak pada suhu 120°C dan tekanan 0,55 kg/cm2, selama 15 menit. Agar daging tidak mengalami pemanasan yang berlebihan, kaleng yang telah disterilkan harus segera didinginkan di dalam bak pendingin yang berisi air selama 20-25 menit. Setelah permukaan kaleng dibersihkan dengan lap hingga kering, produk siap untuk diberi label dan dikemas.
           

Subsistem Hilir Daging Kornet
            Kornet berasal dari bahasa Yunani yaitu corned yang berarti diawetkan atau dicuring dengan garam. Kornet didefinisikan sebagai daging yang diawetkan dalam kaleng. Kornet merupakan produk yang unik, karena pada mulanya kornet merupakan hasil proses produksi dari pemisahan ekstraksi daging sapi, dengan cara dimasak untuk memperoleh larutan yang berwarna coklat dan mempunyai citarasa yang khas. Residu pemasakan diiris-iris, diberi garam dan nitrat, dicampur dan dimasukan kedalam kaleng untuk mengalami proses sterilisasi (Wilson et al., 1981). Kornet sapi merupakan produksi emulsi yaitu campuran dari dua macam cairan atau lebih yang tidak saling melarutkan (Kramlich, 1971).
            Kornet merupakan salah satu jenis daging olahan yang berupa daging giling kasar dengan bahan tambahan bahan pengisi dan bahan pengikat serta bumbu-bumbu (Subyantoro, 1996). Menurut Dewan Standarisasi Nasional (1995), kornet umumnya dibuat dari daging sapi, dan pembuatan kornet daging yang digunakan merupakan potongan daging segar atau beku (yang telah memenuhi persyaratan dan peraturan yang berlaku). Hadiwiyoto (1983), menyatakan bahwa kornet merupakan hasil olahan daging sapi dengan kentang sebagai bahan pengikat serta bumbu-bumbu berupa bawang merah, kaldu, garam, merica, dan natrium nitrit.

Subsistem Penunjang
           
Penelitian adalah penyelidikan dari suatu bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta atau prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati, serta sistematis.
Penelitian tentang ilmu peternakan tentang sapi potong adalah penopang kekokohan bisnis dari sapi potong karena terkadang isu isu tentang penyakit ‘sapi gila’ merebak yang bisa membuat usaha ini mudah bangkrut dan juga bisa mengembangkan kualitas sapi potong menjadi lebih unggul dengan adanya dukungan ilmiah dalam pemeliharaannya.

Originall write by : Ali Fahir Syahir